Fera Susanti Anmartias

Guru Bahasa Inggris MTsN 3 Pasaman Barat, Sumatera Barat yang hobi memotret, bermedsos dan menulis. Baru belajar menulis merangkai kata agar bermakna. A...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol

Pada batu landai ini seusai melaksanakan empat rakaat Ashar,aku merenung seorang diri. Memandang deras riak aliran sungai. Bertakbir, bertasbih, memuji kebesaran ilahi.

Entah telah berapa lama hari-hari berlalu. Kulalui dengan duduk sendiri di batu besar nan landai ini. Menghitung untain batu sasabiah bawaan dari Tanah Mekkah sekian tahun silam. Saat berhaji bersama Tuanku Nan Renceh.

Ah, perlahan kulangkahkan kaki. Menapak anak tangga. Menuju sebuah pondok beratap rumbia. Melanjutkan murojoah dan doa-doa. Sambil mengenang Ranah Minang. Sungguh rindu dengan tanah kelahiranku nan jauh disana, Bonjol, yang di lalui garis khatulistiwa.

"Sahur dulu Tuanku?" Sapaan pengawal setiaku, Apolos Minggu.

"Terima kasih, Apolos!" Sahut lembut. Aku masih ingin melanjutkan kaji melupakan bayang-bayang perang saudara antara kaum Adat dan kaum Padri yang penuh adu domba penjajah Belanda.

"Apolos, kalau aku wafat nanti, selenggarakan jenazahku secara agama kita. Teruslah syiarkan agama kita. Kisahkan cerita tentang aku dan Ranah yang kucinta. Mungkin suatu hari nanti pada suatu masa, anak keturunanmu akan bersua dengan keturananku dari Ranah Minang.

6 November 1876

Tuanku Imam Bonjol wafat di Minahasa, Sulawesi

Jauh dari sanak saudara dalam pembuangan Belanda.

*****

Belajar menulis cerita sejarah

Pasaman Barat, 29 Maret

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar maupun Patimura adalah tokoh yang harus kita teladani rasa kebangsaannya, meskipun mereka masih berjuang untuk daerah masing-masing.

29 Mar
Balas

Betul sekali Bapak. Terima kasih sudah mampir. Barakallah

30 Mar

Wah tulisan yang luar biasa, menulis sejarah dengan rangkaian kata nan indah

29 Mar
Balas

Alhamdulillah, masih belajar, Pak. Terima kasih sudah mampir. Barakallah

30 Mar

Barokallah ulasan sejarah yang mantul bu Fera

29 Mar
Balas

Alhamdulillah. Masih belajar, Pak. Terima kasih sudah mampir Pak. Barakallah

30 Mar

Tuanku Imam Bonjol, pahlawanku. Membayangkannya, hati sejuk dan damai. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda Fera.

29 Mar
Balas

Iyesss Uthi. Pahlawan kebanggan kita. Terima kasih sudah mampir Uthi. Barakallah

30 Mar

Mantap my dear....terbayang bagaimana kerinduannya terhadap ranah minang....sehat selalu adekku

29 Mar
Balas

Merindu yg pedih dear uni solehaku. Thanks Uni. Barakallah

30 Mar

Jejak perjuangannya masih terasa sampai sekarang...

29 Mar
Balas

Thats true, Bunda. Thanks for coming. Barakallah

30 Mar



search

New Post