Pak Tua itu mendekati saya yang sedang menikmati sarapan pagi yang kesiangan.

"Guru, bisuak pemilu Guru dak sato memiliah doh kan?" ( Guru, pemilu nanti Guru tidak ikut memilih, kan? ) tanyanya.

"Eh, ikuiklah Paktuo. Kami guru punya hak pilih juga!" Terang saya.

"Ambo kiro kok samo Guru dengan pak tentara jo pak polisi! Dak sato mencoblos!" ( Saya kira guru sama dengan polisi tentara. Tidak ikut mencoblos ) Sahutnya lagi heran.

"Kami guru yang PNS/ ASN ikut mencoblos, Pak. Kalau tentara, TNI Polri baru netral, Pak. Gak ikut pemilu mereka. Tapi mereka bertugas menjaga keamanan dan netralitas dalam pemilu". Demikian terang saya.

Pak Tua itu manggut-manggut. Sepertinya paham.

"Oh iyo Guru, kalau si Itu lulus mancalon presiden, sado guru honor akan diangkek jadi pe en es tampa tes keceknyo guru!" ( oh iya Guru, kalau si Itu terpilih jadi presiden, semua guru honor akan diangkat jadi PNS tampa tes )

"Waduh, gak tau saya Paktuo. Pengangkatan PNS kebijakan pemerintah dengan peraturan yang ada. Yang penting Paktuo ikut mencoblos nanti yaa. Jangan golput. Siapapun presidennya kita dukung bersama!" Ujar saya.

"Pasti tu nyo Guru. Ambo lah ado pilihan sia yang ka ambo piliah bisuak!" ( pastinya Guru. Saya sudah punya pilihan untuk dicoblos nanti )

"Mantap Paktuo!" Seru saya sambil berpamitan.

Sarapan sudah selesai. Bisa berbagi cerita dan semangat pula dengan tetangga, para sepuh yang selalu menganggap kita guru ini orang yang serba tahu. Sehingga perkembangan politik pun ditanyakan pada Guru.

Tak sabar menunggu 17 April yaa!

Jangan golput Bapak Ibu Guru hebat !

****

Pasaman Barat, 14 April 201o